Kapolda Maluku Soal RMS |
Ambon, Bedah Nusantara.com: Mendekati tanggal 25 April, berbagai persiapan dan pengamanan telah dilakukan oleh berbagai pihak, bahkan masyarakat Maluku dan Kota Ambon mulai diteror dengan perasaan cemas dan takut.
momok tanggal 25 April mulai merebak dimasyarakat,hari yang dianggap sebagai hari ulang tahun Republik Maluku Selatan (RMS)ini, begitu kental dengan aura kejam dan Radikalisme, bahkan dianggap sebagai hari seperatis.
bahkan apapbila pada tanggal tersebut, kedapatan ada anggota masyarakat yang menaikan bendera atau bahkan memakai salah satu atribut dari pergerakan ini, maka seringkali dianggap separatis dan perongrong Negara Kesatuan Repoblik Indonesia.
Menanggapi hal tersebut,Kapolda Maluku Brigjen Pol.Drs. Murad Ismail kepada wartawan seusai melakukan acara Serah Terima jabatan (Sertijab) tiga direktur dijajaran Polda Maluku beberapa waktu lalu mengemukakan,
” apakah bisa dikatakan radikalisme dan separatis jika seseorang menggunakan baju atau atribut RMS?, mengapa hal kecil kita besar-besarkan, jangan kita mencap suatu golongan itu dengan simbol radikalisme atau separatis, sebab mereka ini semestinya sama saja dengan fans Belanda ketika perhelatan Piala Dunia, sehingga sebenarnya tidak ada masalah kenapa kita buat seolah ini masalah besar” Ujar Murad
Kita harus jujur lanjutnya,kita harus akui bahwa tidak semua orang di negeri Maluku ini radikalisme atau separatis,dan karena ada satu golongan atau kelompok kecil yang berbuat begitu lantas kita anggap mereka semua sama.
” jangan kita membuat dan menjadikan permasalahan kecil ini yang tidak ada artinya,untuk kemudian dibesar-besarkan, sebab saya yakin masyarakat Maluku juga telah lelah dan jenuh dengan persoalan ini.
Bertahun-tahun kita telah hidup dalam berbagai kecemasan dan ketakutan, “maka marilah kita bersama-sama melakukan perubahan dan tidak hidup terus dengan masa lalu, tapi mau maju untuk menatap dan menata masa depan kita yang lebih baik”.tandas Murad (BN-08)